Mums, Ini 7 Penyebab Anak Choosy Eater!

Mums pernah mendengar istilah choosy eater? Choosy eater merupakan istilah untuk orang yang memilih-milih makanan atau hanya mau makanan tertentu saja. Orang yang choosy eater biasanya tidak mau mencoba makanan baru. Choosy consuming ini umumnya ditemukan pada anak. Lalu, apa sih penyebab anak choosy eater?
Mums mungkin bingung kenapa si Kecil cuma mau makanan tertentu dan gak mau mencoba makanan lain. Umumnya choosy consuming ini bukan masalah, namun jika terlalu parah bisa sampai mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Sebagai orang tua, Mums harus tahu nih penyebab si Kecil jadi choosy eater. Nah, daripada Mums bingung, yuk baca penjelasan di bawah ini tentang penyebab anak choosy eater!
Baca juga: Semua Mums yang Mengerjakan? Yuk, Kenali 5 Tanda Suami Absen dari Pengasuhan Anak
7 Penyebab Anak Choosy Eater
Mums, berikut sejumlah kemungkinan penyebab anak choosy eater:
1. Sensitif Terhadap Makanan
Beberapa anak lebih sensitif terhadap rasa, tekstur, dan bau makanan, dibandingkan anak lain. Anak-anak ini biasanya tidak suka makanan tertentu jika rasa, bau, tekstur, dan bahkan tampilannya tidak sesuai dengan yang ia sukai.
2. Peningkatan Otonomi
Di awal masa kanak-kanak, khususnya di usia sebelum sekolah, anak-anak mengalami peningkatan otonomi. Artinya, dalam masa ini mereka memilih apa yang ingin mereka makan, dan seberapa banyak porsinya. Mereka juga bisa menolak mengonsumsi makanan tertentu tanpa alasan yang jelas.
Tapi Mums enggak perlu khawatir, masa ini biasanya akan menghilang dengan sendirinya. Mums bisa melakukan pemberian makanan yang tepat bisa membantu si Kecil untuk kembali mencoba beragam makanan.
3. Melewati Masa Expansion Spurt
Di masa expansion spurt (pertumbuhan dan perkembangan sangat cepat), anak-anak makan lebih banyak dari biasanya karena mereka mengalami peningkatan kebutuhan energi juga. Biasanya keinginan untuk makan banyak ini juga menurun ketika masa expansion spurt sudah lewat. Nah, di masa inilah mungkin anak akan menolak mengonsumsi makanan-makanan tertentu. Perilaku ini juga bersifat sementara, jadi Mums gak perlu khawatir.
4. Kesulitan di Awal Masa Pemberian Makanan
Jika di awal masa percobaan pemberian makanan si Kecil sering mengalami kolik atau refluks, maka ada kemungkinan ia akan tumbuh menjadi choosy eater. Anak bisa mengidentikkan waktu makan dengan pengalaman negatif tersebut. Untuk mengatasi kondisi ini, dibutuhkan pengobatan dan resolusi khusus supaya si Kecil bisa makan dengan sehat.
Baca juga: Penting, Mums! Ini 11 Jenis Permainan untuk Perkembangan Anak!
5. Terlambat Kenal dengan Makanan Bertekstur
Ahli merekomendasikan agar anak mulai diperkenalkan dengan makanan padat di usia antara empat dan enam bulan. Kemudian, di usia sembilan atau sepuluh bulan, anak bisa mulai diperkenalkan makanan bertekstur. Penelitian menunjukkan bahwa anak yang terlambat diperkenalkan dengan makanan bertekstur bisa tumbuh menjadi choosy eater.
6. Pengalaman Makan yang Negatif
Pernah tersedak atau muntah saat mengonsumsi makanan tertentu, dipaksa makan, atau menghukum anak untuk mengonsumsi makanan tertentu bisa membuatnya tumbuh menjadi choosy eater. Hal-hal negatif seperti itu bisa membuat anak merasa takut dan khawatir saat tiba waktu makan.
7. Mengikuti Perilaku Orang Tua
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya choosy eater, cenderung akan tumbuh sebagai choosy eater juga. Kemungkinannya meningkat lebih jauh karena anak mengonsumsi makanan yang Mums sajikan, dan apa yang Mums sajikan hanya makanan yang sesuai dengan selera Mums.
Baca juga: Cara Mengatasi Separation Anxiousness Dysfunction pada Anak
Sumber:
Mother Junction. 7 Causes Why A Kid Is A Choosy Eater And Guidelines To Lend a hand Them. Juni 2021.
The Complaints of Vitamin Society. Choosy consuming in kids: reasons and penalties. November 2018.