Musim Hujan Tiba, Waspadai DBD pada Anak

Demam berdarah dengue (DBD) sering dianggap sebagai salah satu masalah kesehatan yang cukup mengerikan, apalagi jika kondisi ini terjadi pada anak-anak. Pencegahan dan penanganan yang tepat sangat dibutuhkan untuk menghindari kemungkinan buruk DBD pada anak. Pasalnya, keterlambatan penanganan kasus DBD pada anak bisa berakibat deadly, yakni menyebabkan kematian.
Baca juga: Demam Berdarah Dapat Bahayakan Janin, Bumil Wajib Waspada!
Gejala DBD pada Anak
Indonesia merupakan negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Menurut Infodatin Kemenkes 2017, anak-anak berusia kurang dari 15 tahun adalah subyek yang paling rentan terkena DBD.
DBD adalah penyakit infeksi yang ditularkan oleh jenis nyamuk Aedes aegypti betina. Nyamuk dengan pola belang di perutnya ini memang banyak ditemukan di wilayah beriklim tropis yang hangat dan lembap, seperti Indonesia. Tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti adalah air bersih yang tergenang. Oleh karena itu, musim hujan menjadi masa yang paling rawan untuk peningkatan kasus penyakit ini.
Pengenalan dini gejala DBD pada anak sangat diperlukan agar kondisi ini dapat segera ditangani dan tidak berakibat deadly. Nah, berikut ini beberapa gejala DBD pada anak yang perlu Mums waspadai:
– Demam tinggi mencapai 40°C yang muncul secara tiba-tiba.
– Nyeri di belakang mata.
– Sakit kepala hebat.
– Nyeri pada tulang, otot, dan sendi.
– Mual dan muntah terus-menerus.
– Pembengkakan pada kelenjar.
– Sakit perut.
– Gusi berdarah.
– Sesak napas.
– Lemas.
Gejala DBD pada anak biasanya akan mulai muncul sekitar 4-10 hari setelah anak digigit nyamuk Aedes aegypti. Gejala ini bisa berlangsung selama 2-7 hari. Perlu diwaspadai, meski demam bisa turun hingga kurang dari 38°C, di hari berikutnya bisa naik kembali. Pada saat demam anak turun, kondisi ini justru merupakan masa kritis anak.
Gejala yang timbul saat anak mengalami DBD berat bisa sangat buruk dan berakibat deadly. Di fase ini, dapat terjadi kebocoran pembuluh darah, penumpukan cairan pada rongga perut atau paru-paru, serta perdarahan berat.
Baca juga: Cegah DBD, Vaksin Dengue Resmi Tersedia di Indonesia
Pertolongan Pertama saat Anak Mengalami DBD
Penanganan tepat yang dilakukan sesegera mungkin dapat mengurangi risiko munculnya gejala DBD yang lebih parah pada anak. Selama demam, anak dapat diberikan parasetamol untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat demam dan nyeri yang ditimbulkan. Hindari memberikan obat pereda rasa sakit dengan kandungan aspirin atau ibuprofen karena dapat memengaruhi kadar trombosit dalam darah dan meningkatkan risiko perdarahan.
Selain itu, untuk meredakan ketidaknyamanan si Kecil, Mums dapat melakukan beberapa pointers pertolongan pertama saat anak DBD.
1. Pastikan si Kecil banyak beristirahat.
2. Untuk bayi berusia di bawah 6 bulan, usahakan untuk menyusuinya lebih sering agar ia tidak dehidrasi. Sedangkan untuk bayi di atas usia 6 bulan, Mums dapat menambah asupan cairan dengan memberikannya air putih.
3. Kompres si Kecil untuk menurukan demamnya.
Saat Mums merawat si Kecil di rumah, pastikan untuk selalu memantau gejalanya. Jangan disepelekan meski demam si Kecil sudah turun. Jika gejala DBD pada anak semakin memburuk atau ia mulai muntah dalam 24 jam pertama, segera bawa ke dokter untuk penanganan lebih lanjut. (AS)
Baca juga: Wabah DBD karena Nyamuk Aedes Zaman Now Semakin Bandel!
Referensi
Child Heart. “Dengue fever in young children”.
Parenting First Cry. “Dengue in Young children and Tots”.