Penting, Pemberian Nutrisi untuk Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan

Bayi bisa sakit jantung?Apakah mungkin? Mungkin saja Mums. Bahkan kasus bayi dengan penyakit jantung pun tidak sedikit. Namun, penyakit jantung pada bayi dan anak-anak tentu berbeda dengan penyakit jantung pada orang dewasa. Nah, apa saja bantuk penyakit jantung pada anak dan bagaimana mengatasinya?
Dijelaskan dr. Rahmat Budi Kuswiyanto, Sp.A(Okay), M.Kes, Dokter Spesialis Anak Ahli Kardiologi dari RSUP Hasan Sadikin, Bandung, jantung adalah organ yang sangat penting, berfungsi memompa darah sehingga oksigen dan nutrisi bisa disalurkan ke seluruh tubuh. Penyakit jantung anak dapat mengganggu fungsi ini.
“Pada bayi dan anak, penyakit jantung yang paling sering ditemui adalah kelainan jantung bawaan (KJB), baik itu berupa kelainan struktur anatomi, letak, atau fungsi jantung yang dibawa sejal lahir. Namun, ada pula yang penyakit jantung yang didapatkan karena infeksi atau penyakit lainnya, setelah bayi dilahirkan,” jelas dr. Rahmat dalam peringatan Hari Jantung Sedunia yang diadakan Danone Specialised Diet Indonesia, 29 September 2021.
Baca juga: Mengenal ASD, Penyakit Jantung Bawaan yang Umum Terjadi pada Bayi
Jumlah Anak dengan KJB di Indonesia
PJB dialami 1 di antara 100 kelahiran hidup. Jika di Indonesia ada 4-5 juta kelahiran bayi in step with tahun, artinya ada sekitar 40-50.000 kasus bayi dengan KJB baru in step with tahun. Ini tentu bukan angka yang kecil. Bayi dengan KJB membutuhkan perawatan intensif bahkan tindakan untuk mengoreksi kelainan pada jantungnya, serta dukungan nutrisi yang baik, agar tumbuh kembangnya optimum.
Menurut dr. Rahmat, sekitar 25% kasus KJB adalah KJB kritis dan menjadi penyumbang kematian pada bayi. Bayi dengan KJB non-kritis, bisa diupayakan kesembuhannya, sesuai dengan derajat berat ringannya kelainan yang dialami.
Adapun jenis KJB sangat banyak, mulai dari kebocoran jantung, kelainan katup jantung (katup sempit, tidak lengkap atau buntu), kelainan pada pembuluh darah jantung, hingga kelainan ruang-ruang jantung, seperti kasus bilik tunggal, dan lain-lain.
Baca juga: Bolehkah Pemberian Vaksin pada Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan?
Penyebab, Gejala dan Penanganan KJB
Penyakit jantung bawaan diduga terjadi selama kehamilan. Tidak ada penyebab pasti, namun diduga sejumlah faktor risiko berikut meningkatkan kemungkinan bayi terlahir dengan KJB:
– Infeksi selama kehamilan, seperti TORCH
– Penyakit pada ibu, misalnya diabetes, lupus, hipertensi
– Konsumsi obat, rokok, dan alkohol
– Nutrisi tidak seimbang saat hamil,
– Kelainan genetik janin
– Riwayat keluarga dengan kelainan jantung.
Tanda bayi mengalami PJB di antaranya kulit kebiruan, nafas cepat atau sesak napas, kelelahan saat meyusui, pertumbuhan terhambat atau berat badan tidak naik. Namun ada juga yang kelihatan “sehat” saja. Jika Mums memiliki bayi dengan ciri-ciri tersebut, sebaiknya segera ke dokter untuk dilakukan berbagai tes.
Penanganan KJB tergantung kondisi masing-masing bayi. Dokter bisa hanya memberikan obat-obatan, terapi nutrsi, hingga perlu tindakan non bedah dan bedah. “Ilmu kedokteran sekarang sudah semakin berkembang sehingga penyakit jantung bawaan anak bisa diatasi tanpa pembedahan. Misalnya menutup kebocoran katup jantung tanpa harus dilakukan pembedahan,” jelas dr. Rahmat.
Baca juga: Inilah Alasan Penyakit Jantung Bawaan Sulit Dicegah
Kebutuhan Nutrisi Anak dengan KJB
Dr. dr. I Gusti Lanang Sidhiarta Sp.A(Okay), Dokter Spesialis Anak Ahli Nutrisi dan Penyakit Metabolik dari Denpasar, Bali sekaligus Ketua IDAI Cabang Bali menambahkan, anak dengan PJB kerap mengalami malnutrisi, baik ringan hingga berat. Penyebab malnutrisi antara lain asupannya tidak adekuat.
“Bayi umumnya tidak kuat menyusu karena mudah kekelahan dan napasnya pendek saat menyusu. Anak juga sering infeksi seperti batuk pilek, dan bisa disertai gangguan penyerapan nutrisi di usus,” jelas dr. Lanang.
Padahal kebutuhan nutrisi anak dengan PJB justru lebih tinggi atau meningkat. Hal ini karena mereka memiliki metabolisme basal tinggi terutama saat aktif atau menangis. Mereka juga mudah infeksi, sehingga perlu didukung nutrisi tinggi.
“Malnustriasi sejak awal bisa menyebabkan stunting dan gagal tumbuh, dan jika tidak diastasi segera juga menghambat pengobatannya karena tindakan pembedahan hanya bisa dilakukan jika standing nutrisinya baik,” tambah dr. Lanang.
Untuk itu perlu perhatian ekstra dari orangtua dan orang-orang sekitar agar si Kecil dengan KJB dapat tumbuh sehat dan kualitas hidupnya lebih baik. Kebutuhan gizi terutama energi dan protein pada pasien KJB lebih besar dari yang direkomendasikan berdasarkan kebutuhan fisiologis, usia dan berat badan.
Namun, perlu diperhatikan pula toleransi quantity cairan anak dengan KJB yang terbatas karena adanya disfungsi jantung. ”Oleh karena itu, terapi nutrisi pada anak dengan KJB adalah dengan memastikan kalori dan protein yang cukup untuk memfasilitasi kenaikan berat badan. Bentuk paling umum terapi nutrisi pada anak di atas 1 tahun yang mengalami KJB adalah penggunaan formulation tinggi kalori sehingga mengurangi quantity cairan yang diberikan,” jelas dr. Lanang.
Perbaikan gizi anak dengan OkayJB dapat mencegah/menurunkan angka kesakitan dan kematian, mendukung tumbuh kembang yang optimum, dan memberikan angka keberhasilan operasi koreksi jantung dengan hasil yang lebih baik, serta kualitas fisik dan psychological yang optimum di masa depan.
Baca juga: Penyakit Jantung Bawaan Bisa Dideteksi Sejak Dalam Kandungan